Pada masa modern, banyak ibu hamil yang lebih memilih melahirkan dengan metode operasi caesar dibandingkan harus merasakan sakit melahirkan normal. Menurut beberapa orang yang telah mengalaminya, operasi caesar dapat dikatakan meminimalisir rasa sakit yang harus dialami saat melahirkan normal. Selain menghindari rasa sakit, prosedur operasi caesar ini juga kerap dilakukan untuk melahirkan bayi pada tanggal tertentu yang dianggap baik.
Oleh karena itu, pada artikel kali ini kita akan membahas lebih lanjut mengenai apa itu operasi caesar secara umum. Bagi para ibu hamil yang sedang membaca artikel ini, mari kita kupas lebih lanjut mengenai prosedur operasi caesar dan perlengkapannya. Selamat membaca!
Operasi Caesar Secara Umum
Bila berbicara mengenai operasi caesar, mungkin hal yang terbayang adalah perut yang dibelah untuk mengeluarkan bayi dari ibu yang terbius. Operasi caesar ataupun seksio sesarea (sc) adalah proses pembedahan yang dilakukan dengan mengiris perut bagian bawah sang ibu dalam persalinan. Istilah operasi caesar diketahui berasal dari hukum Romawi. Hukum ini menjelaskan bahwa langkah operasi perlu dilakukan pada ibu hamil yang meninggal dengan tujuan menyelamatkan nyawa sang bayi. Dan dikenal dengan istilah lex caesarea.
Pada umumnya, operasi caesar akan disarankan oleh tim medis ketika merasakan adanya bahaya pada pasien bila dilakukan proses melahirkan normal. Menurut informasi, operasi ini biasanya dilakukan pada minggu ke-38 dalam masa kehamilan sang ibu. Bagi pasien yang sudah pernah melakukan operasi caesar pada kehamilan sebelumnya, maka sayatan selanjutnya dibuat pada bekas luka operasi sebelumnya.
Memilih melakukan operasi caesar berarti sang bayi harus dikeluarkan melalui sayatan yang dibuat pada perut sang ibu. Sayatan tersebut biasanya dapat ditemukan pada area perut bawah. Hal ini tentu berbeda dengan proses melahirkan secara normal, dimana bayi seharusnya keluar melalui vagina sang ibu. Selama proses operasi, akan dilakukan pembiusan epidural oleh ahli anestesi. Sehingga sang ibu akan tetap sadar, tetapi pada bagian perut kebawah akan mati rasa. Pada keadaan tertentu, dokter ataupun pasien dapat meminta melakukan bius total untuk kepentingan keberlangsungan operasi.
Dengan dibatasi oleh sebuah tirai, sang ibu akan tetap membuka matanya dan berdoa. Sementara di bagian tirai lain para dokter akan berusaha mengeluarkan si bayi dari perut ibunya dalam keadaan selamat. Dan dengan menunggu paling lama satu jam, maka bersiaplah untuk mendengar tangisan bayi yang membahagiakan akan memecah keheningan.
Penyebab Dilakukannya Operasi Caesar
Dalam dunia medis, ada beberapa alasan yang mengharuskan pasien melakukan operasi caesar demi menyelamatkan nyawa ibu dan bayi yang dikandungnya. Tentunya alasan yang dibahas di bawah ini diluar dari alasan sang ibu yang tidak ingin merasakan sakit melahirkan normal. Alasan itu antara lain seperti bobot bayi yang terlalu berat sementara panggul ibunya tidak terlalu lebar. Kondisi fisik bayi yang tidak normal juga mengharuskan prosedur ini dijalankan. Lalu bisa saja bayi tersebut mengidap sebuah penyakit ataupun bayi prematur. Ataupun ketika bayi tidak mendapat asupan oksigen yang cukup, sehingga harus segera dilahirkan dengan cara operasi.
Selain itu, bila sang ibu memiliki riwayat penyakit genital, maka prosedur operasi caesar juga terpaksa dilakukan. Ketika sang ibu didiagnosis menderita penyakit HIV, maka secara otomatis sang bayi harus dilahirkan dengan metode ini. Prosedur operasi caesar juga dapat dilakukan bila terdapat lebih dari satu janin dengan kondisi kehamilan yang kompleks, misalnya kembar siam. Selain itu, masalah pada jantung sang ibu juga mengakibatkan risiko yang besar bila dipaksakan harus melahirkan secara normal. Posisi bayi yang tidak sewajarnya atau disebut sungsang juga mengakibatkan harus dilaksanakannya prosedur operasi caesar. Dan yang terakhir, ketika proses persalinan normal tidak dapat berjalan dengan lancar. Seperti sang ibu yang tidak dapat mengejan, persalinan melambat, serviks belum membesar secara menyeluruh, dan lain sebagainya.
Masih banyak lagi hal lain yang dapat menjadi pertimbangan dan alasan mengapa tindakan prosedur operasi caesar harus diambil. Hal ini dilakukan demi menyelamatkan kedua nyawa baik ibu maupun calon bayi. Dengan menimbang segala risiko, maka bila ditemui gejala seperti di atas, prosedur operasi caesar harus dilakukan.
Risiko Dilakukannya Operasi Caesar
Sampai saat ini, operasi caesar tergolong sebagai operasi yang aman dilakukan. Namun, layaknya operasi besar lainnya, tentunya risiko yang berkemungkinan muncul juga banyak. Risiko yang pertama berkaitan dengan rasa sakit. Seperti yang telah dijelaskan pada pembukaan artikel , banyak calon ibu memilih melahirkan dengan prosedur operasi caesar untuk menghindari rasa sakit. Namun faktanya, rasa sakit yang tidak dirasakan saat proses melahirkan justru akan digantikan beberapa saat setelahnya. Yaitu saat kondisi mulai tenang, luka di perut sang ibu masih sangat basah. Dan tentunya akan menimbulkan rasa sakit atau seminimal mungkin akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Hal ini akan terus berlangsung hingga beberapa minggu setelahnya.
Yang selanjutnya adalah berkaitan dengan infeksi. Infeksi pasca operasi dapat berupa infeksi pada luka sayatan, infeksi pada saluran kemih, serta infeksi pada dinding rahim. Tidak hanya itu, efek jangka pendek yang dirasakan oleh sang ibu berupa pusing serta mual dan lemas karena kekurangan darah. Prosedur operasi caesar juga dapat menimbulkan timbulnya bekas luka sayatan pada bagian bawah perut. Ini adalah risiko yang tidak dapat dihindari saat melakukan tindakan operasi. Seiring berjalannya waktu, bekas luka sayatan akan semakin memudar dan juga tersamarkan dengan warna yang menyerupai kulit.
Terjadinya pendarahan pasca operasi juga merupakan salah satu risiko yang harus ditanggung dalam prosedur operasi caesar. Risiko terakhir sekaligus yang paling ditakuti adalah kematian. Namun tenang saja, karena risiko kematian diketahui sangat kecil dengan perbandingan 2:100.000 dalam setiap kali pelaksanaan operasi.
Tips Pasca Operasi Caesar
Dalam prosedur operasi caesar, sang ibu biasanya diperbolehkan pulang dari rumah sakit sekitar tiga hingga lima hari setelah proses persalinan. Bila melahirkan dengan metode normal, maka setelah selesai menjalani persalinan sang ibu dalam waktu singkat dapat beraktifitas kembali seperti semula. Hal ini jelas berbeda dengan ibu yang memilih menempuh prosedur operasi caesar. Untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan dan berisiko, ada beberapa hal yang harus dilakukan dan dihindari selama masa pasca operasi. Sekedar informasi saja, masa pasca operasi biasanya ditetapkan selama satu hingga dua bulan setelah proses persalinan berlangsung.
Dan selama itu pula pasien yang melakukan prosedur operasi caesar harus bisa menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Seperti misalnya angkat beban, berenang, bersepeda, push up dan serangkaian gerakan aerobik lainnya. Lalu, tetap berusaha untuk berjalan sedikit demi sedikit, karena akan mencegah penggumpalan darah meskipun akan terasa sakit. Beristirahat yang cukup dan tidur tepat waktu juga dapat membantu mengembalikan kondisi anda sehingga fit kembali. Pasien juga disarankan untuk memakan makanan yang bergizi untuk mengembalikan tenaga. Serta tetap menjaga asupan air bagi tubuh untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang dapat berdampak fatal.
Selain itu, pasien operasi juga akan mengalami pendarahan, namun jangan khawatir dan tetap sediakan pembalut untuk beberapa waktu setelah persalinan. Luka sayatan bekas operasi caesar tentu akan terasa sakit saat batuk ataupun bersin. Maka siapkan bantal kecil untuk membantu mengurangi rasa sakit pada area perut bagian bawah.
Tidak hanya itu, bersihkan luka sayatan setiap hari dengan air hangat. Hindari penggunaan produk yang mengandung bahan kimia berlebih seperti pelembab kulit dan sebagainya. Bila luka terasa basah, lapisi dengan menggunakan kain kasa yang wajib diganti setiap hari. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pengeringan luka dan menghindari rasa sakit saat luka bergesekan dengan pakaian.
Perlengkapan dalam Prosedur Operasi Caesar
Prosedur operasi caesar merupakan sebuah tindakan besar yang memiliki risiko pada nyawa ibu dan anak. Oleh karena itu, perlengkapan dalam prosedur operasi caesar haruslah dipersiapkan dengan baik tanpa adanya kesalahan. Peralatan yang biasa digunakan dalam prosedur operasi caesar diantaranya adalah instrumen bedah, alat habis pakai, dan juga alat tenun.
Instrument bedah yang biasa digunakan adalah gunting jaringan dan gunting benang, serta pinset chirurgic dan pinset anatomi. Ada pula pisau bedah, selang suction dan needle holder. Serta selalu disiapkan disinfektan untuk sterilisasi. Tidak lupa pula untuk menyiapkan plester tahan air, kasa steril, dan obat untuk luka. Memakai sarung tangan juga merupakan prosedur yang tidak boleh dilupakan.
Instrumentator adalah istilah yang biasa digunakan untuk perawat kamar bedah. Instrumentator bertugas untuk menyiapkan semua sarana prasarana serta peralatan yang akan digunakan pada proses operasi caesar. Semua peralatan yang digunakan harus dipastikan dalam keadaan steril dan siap pakai.
Selanjutnya, instrumentator akan menyusun setiap alat sesuai urutan prioritas pada prosedur operasi caesar. Instrumentator dapat meminta bantuan dari perawat sirkuler bila ingin melengkapi peralatan yang sekiranya diperlukan lebih saat operasi sedang berlangsung.
Saat prosedur operasi caesar berlangsung, setidaknya ada tiga dokter spesialis kandungan yang menangani pasien dalam ruangan operasi. Tidak hanya itu, diperlukan pula ahli anestesi dan perawat khusus untuk membantu para dokter dalam menangani operasi. Ada pula alat yang disebut incubator yang biasa digunakan untuk meletakkan bayi yang terlahir prematur atau untuk bayi yang sakit.
Pentingnya Inkubator Bagi Bayi Prematur
Dalam proses persalinan, tidak semua bayi yang terlahir ke dunia sehat dan dalam keadaan normal. Ada juga bayi yang ketika lahir mengalami kondisi yang tidak umum dan membutuhkan perawatan khusus. Seperti terjadinya penurunan suhu bayi terus-menerus meskipun sudah dibungkus oleh kain dan baju bayi yang hangat. Ada pula bayi yang kurang beruntung dan terpaksa harus mengidap penyakit sejak pertama kali dilahirkan ke dunia.
Peran incubator atau biasa disebut inkubator sebagai alat bantu kesehatan sangat penting bila ditemui bayi dengan gejala abnormal. Beberapa bayi lahir dengan keadaan yang belum stabil atau disebut juga sebagai bayi prematur. Bayi prematur umumnya terlahir dengan bobot badan yang dibawah rata-rata meskipun umur kehamilan sudah sesuai. Ada pula yang mengalami kekurangan nutrisi dan sebagainya sehingga harus diberi perlakuan khusus.
Inkubator biasanya terdapat pada ruangan untuk perawatan khusus bagi bayi yang memerlukan perlakuan ekstra setelah kelahirannya. Ruangan ini diberi nama Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Pada beberapa situasi, tenaga medis akan memasukkan bayi ke dalam inkubator untuk mencegah terjadinya infeksi. Selain itu, paparan cahaya yang berlebihan dan frekuensi suara tertentu juga dapat mengganggu kenyamanan bayi. Jenis-jenis inkubator pun ada banyak.
Yaitu ada inkubator tertutup untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi, karena memiliki sistem penyaringan yang sangat baik. Inkubator terbuka atau disebut juga inkubator Armstrong. Pada inkubator ini, bagian atas tidak dilengkapi penutup kaca, namun kehangatan bayi tetap terjaga dan memudahkan proses perawatan bayi. Yang selanjutnya adalah inkubator servo control. Pada inkubator ini, kehangatan disesuaikan pada suhu tubuh si bayi karena adanya sebuah alat yang ditempelkan pada kulit bayi.
Ketika bayi dimasukkan ke dalam inkubator, jangan khawatir karena orangtua masih dapat memantau buah hati dari jarak dekat. Pada bagian samping inkubator, terdapat lubang khusus yang diperuntukkan bagi tangan para perawat, dokter, dan juga orangtua dari si bayi. Suhu dalam inkubator biasanya berkisar antara 35 hingga 37 derajat celcius.
Faktor Penyebab Bayi Prematur
Kelahiran yang tidak umum tentu tidak dapat kita perkirakan, hal tersebut juga dapat terjadi pada buah hati kita. Bayi prematur ternyata memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan bayi normal pada umumnya. Diantaranya adalah tumbuhnya bulu halus di sekujur tubuh dan suhu tubuh yang relatif rendah. Selain itu, bayi premature biasanya sulit untuk bernafas karena bentuk paru yang belum sempurna. Dan yang terakhir adalah sulit untuk menelan dengan sempurna sehingga asupan nutrisi pun kurang.
Berdasarkan informasi yang didapatkan, ternyata ada beberapa faktor penyebab bayi terlahir prematur. Salah satunya adalah infeksi yang terjadi pada sang ibu selama masa kehamilan. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, seperti pada penyakit kencing nanah, sifilis, klamidia, dan sejumlah penyakit menular seksual lainnya. Sang ibu yang mengidap penyakit berat seperti gagal ginjal, diabetes dan kelainan jantung juga dapat memicu lahirnya bayi prematur.
Selain itu, ada pula bayi prematur yang disebabkan oleh kelainan pada plasenta atau tali pusar. Kelainan ini dinamakan plasenta previa dan abruptio plasenta. Kelainan plasenta previa terjadi ketika plasenta tertanam terlalu dekat dengan serviks. Dan abruptio plasenta terjadi ketika plasenta mulai memisahkan diri dari dinding rahim ketika bayi belum lahir. Kondisi ini diketahui dapat membahayakan nyawa sang ibu.
Faktor lain
Selain itu, gaya hidup dari sang ibu juga dapat menjadi alasan utama bayi terlahir prematur. Seperti merokok saat mengandung, menggunakan obat-obatan terlarang, meminum minuman keras dan alkohol, serta nutrisi yang kurang tercukupi. Mengalami trauma atau kondisi dalam tekanan selama masa kehamilan juga turut mempengaruhi kondisi kesehatan janin.
Tidak hanya itu, kehamilan melalui bayi tabung dan juga riwayat melakukan aborsi juga dapat menyebabkan bayi terlahir prematur. Bahkan ketuban yang pecah dan kehamilan kembar juga dapat memicu kelahiran bayi prematur.
Ada beberapa gejala kelahiran prematur yang dapat kita perhatikan sebagai calon ibu. Diantaranya adalah pendarahan dari vagina, keluarnya cairan dan lender yang semakin banyak, mual muntah, hingga diare.
Setelah membaca ulasan di atas, diharapkan para calon ibu dapat dengan bijak mengambil setiap keputusan demi keselamatan bersama. Selalu beristirahat dengan cukup dan berdoa menjadi kunci utama dalam kelancaran persalinan anda.